Bahan pangan memiliki sifat yang bisa dinilai oleh indera manusia, contohnya warna, aroma, rasa, dan tekstur. Atribut-atribut mutu inderawi tersebut sangat mempengaruhi penerimaan dan kesukaan konsumen terutama saat bahan-bahan tersebut telah menjadi produk jadi. Dalam membeli produk makanan, secara tidak langsung konsumen akan memilih makanan yang memiliki warna, bau, rasa, tekstur yang menarik dan konsisten. Konsistensi produk sangat penting baik dalam segi konsumen maupun dalam segi produsen karena mengarah kepada pengetahuan terhadap kerusakan pangan. Disinilah peran pengujian salah satunya pengujian secara organoleptik diperlukan.
Kerusakan pangan adalah hal yang paling dihindari baik oleh industri maupun oleh masyarakat. Banyak sekali tanda-tanda kerusakan makanan, dimana yang paling mudah dilihat adalah apabila menggunakan metode organoleptik. Pengujian organoleptik merupakan pengujian yang memanfaatkan panca indera manusia seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Kerusakan pangan dan penurunan pangan dengan metode organoleptik dibedakan menjadi 2 yaitu dari segi kualitatif dan kuantitatif. Dari segi kualitatif kerusakan pangan dilihat dari penurunan tekstur, warna, rasa, dan gizi. Sedangkan dari segi kuantitatif kerusakan pangan dilihat dari penurunan/kehilangan berat, Volume, Besar dan Jumlah.
Penilaian kerusakan pangan dengan metode organoleptik dapat digunakan untuk mengetahui penyebab kerusakan dari suatu makanan, apakah karena fisik, kimiawi, ataupun mikrobiologi. Kerusakan fisik yang dapat dilihat secara organoleptik yaitu contohnya kerusakan akibat benturan (memar, pecah, kurang renyah), suhu tinggi (gosong, warna gelap, karamelisasi), dan suhu rendah (dripping). Untuk kerusakan kimia yang dapat dilihat secara organoleptik yaitu seperti bau tengik dan perubahan flavor pada minyak (reaksi sinar matahari dan oksigen yang mengenai lemak) dan perubahan warna (sinar matahari terhadap daging). Untuk kerusakan mikrobiologi yang dapat dilihat secara organoleptik tentu saja seperti pertumbuhan jamur dan lendir.
Dalam pemanfaatannya dalam mengetahui kerusakan pangan, pengujian dengan menggunakan uji organoleptik di dalam suatu industri sangat dibutuhkan terutama bagi QC yang bertugas untuk mengontrol stabilitas ruang penyimpanan dan produk dalam proses produksi dan juga QA yang bertugas dalam penerimaan bahan baku dimana kedua posisi itu membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dalam menerima dan menolak produk maupun bahan baku. Cara tercepat tentu saja adalah dengan menggunakan metode organoleptik seperti melihat bentuk, warna, bau, tekstur, dari produk ataupun bahan baku. Selain untuk mempertahankan kualitas produk dan pencegahan kerusakan pangan, pengujian organoleptik juga dapat bermanfaat lebih di industri pangan yaitu untuk reformulasi produk, memonitoring kompetitor, pengembangan produk baru, dan untuk mengetahui spesifikasi sensori produk.
Dalam melakukan analisa kerusakan pangan secara organoleptik banyak yang harus dipertimbangkan. Pertimbangan itu menyangkut seperti lokasi, lay out, kontrol bau, penerangan, dan juga kenyamanan. Sarana dalam laboratorium organoleptik pun juga harus menjadi perhatian seperti peralatan-peralatan yang digunakan harus memenuhi kriteria tertentu.
Untuk membantu dalam pelaksanakan pengujian organoleptik di perusahaan, MBrioTraining & Consulting mengadakan pelatihan Organoleptik. Untuk lebih detail perihal pelatihan organoleptik yang akan diadakan oleh kami anda dapat melihatnya dengan klik disini.
Leave a Comment