Jika kita membaca standar-standar keamanan pangan, kita akan menemui banyak kata konsumen di dalamnya. Pemahaman mengenai arti dan definisi kata ini akan membantu kita dalam memahami isi dari standar dan juga penerapannya dilapangan.
Definisi Konsumen?
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia – baca disini), definisi dari konsumen /kon·su·men/ /konsumén/ adalah n 1 pemakai barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya): kepentingan — pun harus diperhatikan; 2 penerima pesan iklan; 3 pemakai jasa (pelanggan dan sebagainya)
Menurut Wikipedia (sumber disini) konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.[1] Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali (Jawa: kulakan), maka dia disebut pengecer atau distributor.
Penggunaan dalam Standar?
Banyak sekali Tim HACCP atau organisasi yang akan atau telah menerapkan sistem manajemen khususnya sistem manajemen keamanan pangan seperti HACCP, ISO 22000, FSSC 22000 dan lainnya menganggap bahwa konsumen mereka adalah pemakai barang atau produk mereka, dalam hal ini konsumen akhir atau pemakan/pengguna produk mereka. Mereka tidak salah sih, tapi belum sepenuhnya benar juga.
Jika kita perhatikan penggunaan kata “KONSUMEN” di dalam standar SNI CAC/RCP 1:2011, arti konsumen disini luas sekali. Konsumen itu bisa berarti konsumen akhir yang membeli atau menggunakan produk kita, bisa juga pengguna produk di mata rantai berikutnya.
Sebagai contoh persyaratan identifikasi produk atau labeling. Memang persyaratan labeling jelas sekali dijelaskan dalam standar itu dan BPOM pun sebagai instansi pengawasan di Indonesia cukup ketat dalam hal ini. Tetapi kembali ke definisi di atas, banyak sekali perusahaan yang melupakan konsumen di rantai berikutnya pada proses internal mereka.
Contoh gampangnya, jika kita berada di bagian penimbangan bahan baku, maka konsumen kita adalah bagian pencampuran (mixing) misalnya. Semua produk yang keluar dari bagian penimbangan bahan baku harus diidentifikasi/dilabeli sehingga pengguna di rantai berikutnya tidak salah dalam penggunaan produk tersebut.
Saran/Rekomendasi
Cobalah untuk mengidentifikasi setiap konsumen dari setiap bagian yang ada diperusahaan dan identifikasi kebutuhan dan persyaratan dari mereka. Hal ini sudah diterapkan dalam standar ISO 9001:2015 yang menurut saya baik untuk diaplikasikan di sistem yang lain juga khususnya HACCP dan ISO 22000.
Teman-teman bisa membuat tabel seperti dibawah ini:
No | Bagian/Departemen | Konsumen | Persyaratan Konsumen |
1 | Penimbangan | Mixing |
|
2 | dll |
Walaupun tabel di atas bukan merupakan dokumen wajib di SNI CAC/RCP1:2011, tetapi akan sangat membantu sekali untuk mengidentifikasi kebutuhan masing-masing konsumen setiap departemen di perusahaan. Dengan tahu kebutuhan masing-masing maka setiap departemen akan berusaha untuk memuaskan konsumen berikutnya yang secara tidak langsung produk akhir dari perusahaan pun akan sesuai dengan persyaratan perusahaan dan konsumen akhir (pembeli produk). Tabel ini akan lebih baik lagi jika dibuat skema monitoring dan pencapaiannya.
Oke semoga penjelasan ini bisa membantu implementasi sistem manajemen keamanan pangan yang lebih baik.
–Salam Food Safety–
Leave a Comment