Mi instan merupakan makanan yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Selain rasa yang enak dan harga terjangkau, cara membuatnya pun juga praktis. Karena kepraktisannya pun tak jarang orang yang mengkonsumsi terus menerus dan bahkan menjadikannya sebagai menu sehari-hari. Namun banyak pula orang yang berpendapat bahwa konsumsi mi instan terus menerus dapat menyebabkan kegemukan, diabetes, bahkan kanker.
Lalu sebenarnya apakah mi instan itu aman dikonsumsi terus menerus?
Mi instan bukan suatu jenis makanan yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan gizi karena tak ada satu jenis makanan di dunia yang bersifat itu (kecuali ASI untuk bayi dengan umur di bawah 4 bulan). Apabila mi instan secara tunggal dikonsumsi terus menerus maka tubuh akan kekurangan beberapa zat gizi. Meski beberapa mi instan dilengkapi dengan sayuran namun konsumen tidak dianjurkan untuk menggantungkan kebutuhan sumber sayuran hanya dari mi instan. Sebetulnya mi instan paling tepat disajikan sebagai makanan pengganti nasi, jadi masih diperlukan bahan makanan lain bila digunakan sebagai menu sehari-hari. Mengkonsumsi 4 bungkus mi instan per minggu tidak akan memiliki efek samping yang membahayakan kesehatan konsumen.
Lalu apakah kebanyakan mi instan dapat menyebabkan seseorang menjadi gemuk, diabetes, dan kanker?
Konsumsi makanan apa saja apabila kebanyakan memang tidak diajurkan. Banyak faktor yang membuat orang menjadi gemuk :
- Terlalu banyak makan atau suka ngemil sepanjang hari
- Pola hidup yang tidak sehat, kurang, atau tidak pernah berolahraga
- Secara genetis memang memiliki sifat gampang gemuk
- Kebanyakan tidur
Bila ditinjau dari jumlah kalori yang dimiliki, mi instan memiliki jumlah kalori sekitar 460 kkal/100 gram, padahal pada 1 pack mi instan hanya 60 gram. Jadi dalam 1 pack hanya berisi 276 kkal. Kebutuhan kalori orang dewasa dengan berat 55 kg adalah sekitar 2000 kkal per hari. Apabila seseorang mengkonsumsi 4 – 5 bungkus mi instan per minggu, konsumsi per hari nya sekitar 200 kkal, sepersepuluh kebutuhan kalori per hari.
Bahan baku dalam pembuatan mi instan adalah tepung terigu dan gandum. Tepung terigu mengandung karbohidrat 62 – 70 gr/100gr. Disamping karbohidrat, tepung terigu memiliki kandungan pati yang tinggi. Beberapa hasil penelitian melaporkan adanya kaitan antara menu tinggi pati dengan diabetes. Produk seperti roti tawar, kentang, dan mi instan termasuk dalam produk dengan Indeks Glikemik tinggi. Indeks Glikemik adalah indikator atau ukuran seberapa banyak makanan dapat meningkatkan gula darah. Meski Indeks Glikemik mi instan tinggi, namun kita tidak harus serta merta menghindarkan diri terhadap konsumsinya karena hal tersebut dapat dengan mudah dikompensasikan dengan penambahan sayuran hijau.
Sejauh ini pun belum pernah dilaporkan suatu hasil penelitian dari lembaga penelitian kompeten bahwa produk mi instan dapat menyebabkan penyakit apalagi penyakit kanker. Mekanisme terjadinya penyakit kanker bukan merupakan suatu hal yang sederhana tetapi sangat kompleks, diantaranya disebabkan adanya senyawa karsinogen dalam produk pangan. Yang perlu diketahui adalah belum pernah ditemukan atau dilaporkan adanya senyawa karsinogen di dalam produk mi instan.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dari segi kalori dan kandungannya, konsumsi mi instan terus menerus itu aman asalkan kita tetap memperhatikan kebutuhan zat gizi di dalam tubuh. Oleh karena itu apabila anda sering mengkonsumsi mi instan jangan lupa untuk menambahkan sayuran ke dalam mi instan tersebut karena mi instan yang dikonsumsi tunggal terus menerus akan membuat tubuh kekurangan zat gizi lain dan tentu saja akan membuat tubuh kita mudah terserang penyakit. Lalu bagaimana dengan kandungan MSG pada bumbu mi instan? Apakah berbahaya? Simak jawabannya pada artikel selanjutnya.
Leave a Comment